Selasa, 16 Desember 2008

LUMPUR LAPINDO

Upaya penghentian luapan lumpur Lapindo yang terjadi di lokasi sumur
Banjar Panji (BJP) 1 Porong, Sidoarjo hingga saat ini masih terus dikerjakan.
Dengan menjalankan Skenario III, yaitu menggunakan cara pengeboran miring
(relief well), Tim 1 menjanjikan luapan lumpur bisa teratasi dalam 91 hari
mulai 12 September 2006 mendatang. Namun sukses tidaknya penanganan itu
tergantung juga dukungan dan doa masyarakat.
"Keinginan warga Jatirejo untuk tidak pindah menjadi dorongan moral bagi
kami untuk mengerjakan sebaik-baiknya. Sehingga sebesar 80 persennya adalah
dukungan dari doa bapak-bapak sepenuhnya," kata Wakil Kepala BP Migas Trijana
Kartoatmojo saat menyampaikan testimoni penanganan luapan lumpur Lapindo di
hadapan Bupati Sidoarjo Drs Win Hendrarso MS , Ketua DPRD Sidoarjo Arly Fauzi,
Wakil Bupati Sidoarjo Saiful Ilah, Kepala Dinas Pemukiman Propinsi Jatim
Khoirul Jaelani, dan perwakilan warga Kelurahan Jatirejo, Kecamatan Porong, di
Pendopo Delta Wibawa Sidoarjo, Kamis (7/9) malam.
Trijana yang hadir didampingi tim ahli dari BP Migas serta tim dari
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu menjelaskan upaya teknis
yang sudah dan sedang dilaksanakan oleh Tim 1. Mulai dari skenario I yang
menggunakan snubbing unit, Skenario II dengan menggunakan side tracking hingga
pengoperasian Skenario III menggunakan relief well. Berdasarkan pengalaman,
Trijana menuturkan, kasus yang terjadi di lokasi BJP 1 Sidoarjo ini relatif
cukup langka. Para ahli geologi menyebutkan bahwa kasus ini menyemburkan lumpur
vulkanik.
"Jika memang benar-benar mengeluarkan lumpur volkanik atau yang biasa
disebut mud vulcano, maka ini merupakan kejadian pertama di dunia dengan
mengusahakan untuk dimatikan. Dan ini menjadi catatan sejarah bagi kami,"
ujarnya.
Namun, Trijana berharap, apa yang dikeluarkan dari semburan dari dalam
perut bumi dengan kedalaman sekitar 3.500 - 6.100 kaki di lokasi sumur BJP 1
itu adalah air yang berkekuatan tinggi. Apalagi, proses yang sudah dilakukan
lewat pengeboran snubbing unit dengan melepaskan mata bor di kedalaman 2.997
kaki itu bisa diketahui titik semburannya. Hal itu membuat Tim 1 optimistis
bisa menangani semburan tersebut dengan Skenario III .
Trijana juga berharap, dukungan doa masyarakat dan kehendak Yang Maha
Kuasa menjadi faktor utama sukses tidaknya pengerjaan tersebut. "Kami berusaha
secepat mungkin, itu yang bisa kami janjikan. Tapi kami tidak berani
memastikan, sebab pengerjaan ini seperti kehidupan manusia. Ini bukan kami yang
tentukan, tapi doa kita semua dan kehendak Allah," tuturnya.
Saat ditanya seorang warga tentang kondisi terakhir terkait permukaan
tanah yang diberitakan sudah mengalami penurunan, Trijana menjelaskan bahwa
memang kondisi saat ini mengalami penurunan tanah berkisar 5 - 26 cm di area
BJP 1, tepatnya di lokasi bekas pengoperasian Skenario II (side tracking).
"Mengapa turun, karena kondisi tanahnya adalah tanah uruk. Melihat kondisi itu,
kami mengambil keputusan untuk meninggalkan lokasi Banjar Panji 1 dan itu
sangat membahayakan para pekerja," ujarnya.
Para ahli geologi memperkirakan, radius 49 hektare dari lokasi sumur BJP
1 dimungkinkan selama 5 - 10 tahun ke depan permukaan tanahnya akan mengalami
penurunan. Namun penurunan itu tidak sekaligus terjadi, tapi melalui proses
yang lama. "Itu prediksi, perkiraan, semoga itu tidak terjadi agar tidak
menambah masalah baru," ujar Trijana.
Hal senada juga diungkapkan Dr Rudy, pakar dari ITS. Dia menuturkan, dari
hasil survei yang dilakukan di bawah gorong-gorong dengan simulasi 5 tahun ke
depan akan mengalami penurunan. Sebab menurut pengalaman yang sudah pernah
terjadi, pada subsidden penurunan juga terjadi di mana-mana, seperti pada
permukaan laut.
Tapi dia meminta masyarakat tidak mengkhawatirkan hal itu karena saat ini
tim ahli bersama dengan Lapindo akan memasang alat ukur yang diletakkan di
beberapa titik lokasi. "Jika Skenario III berhasil, maka lumpur berat akan
diinjeksikan ke dalam lagi agar tidak terjadi penurunan permukaan tanah,"
tambah Trijana.


Korban Lumpur Sidoarjo Gelar Demo di Istana

Ribuan orang yang merupakan warga korban lumpur Lapindo, Sidoarjo, Selasa (02/12) pagi, rencananya akan melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Merdeka Jakarta, menuntut pelunasan ganti rugi atas tanah dan rumah mereka yang terendam lumpur sejak dua tahun lalu.

Sebagian dari para warga Sidoarjo korban lumpur, sejak Selasa dini hari, sudah mulai berdatangan di Jakarta dengan menggunakan puluhan bus. Setibanya di Jakarta, mereka menginap di Masjid Istiqlal.

Para korban lumpur Lapindo itu beristirahat dan tidur di lantai dua dan ruang utama Masjid Istiqlal. Rencananya, sekitar pukul 10.00 WIB mereka akan melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Merdeka.

Mardi, salah satu korban lumpur yang akan melakukan aksi unjuk rasa, mengungkapkan mereka menuntut komitmen Lapindo dan pemerintah untuk membayar ganti rugi terhadap rumah mereka yang terendam lumpur.

"Kita akan terus di Jakarta sampai ganti rugi dipenuhi," tambahnya.

Ribuan rumah, serta sawah dan pabrik, di Sidoarjo, Jawa Timur, terendam lumpur sejak dua setengah tahun yang lalu. Hingga saat ini, proses ganti rugi yang dijanjikan oleh pihak Lapindo tidak kunjung direalisasikan sehingga mereka melakukan aksi unjuk rasa untuk menuntut hak mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ledakan pipa gas

Ledakan pipa gas
api yang menyerupai lafad Allah

Pengikut